“Holmes mendengus sinis, ‘Lecoq cuma pembual yang payah,’ katanya dengan nada marah, ‘hanya satu hal yang layak dipuji darinya yaitu semangatnya’. Buku itu jelas membuatku muak. Lecoq membutuhkan waktu enam bulan untuk mengidentifikasi tawanan yang tidak di kenal. Aku bisa melakukannya dalam 24 jam. (Study in scarlet, bab 2)
Yah, begitulah kutipan yang diungkapkan oleh Sherlock Holmes tentang Lecoq. Sehingga wajarlah detektif ini terlupakan publik akibat “pelecehan” yang dikatakan Sherlock Holmes.
Monsieur Lecoq adalah tokoh fiksi kreasi dari Émile Gaboriau, seorang penulis sekaligus jurnalis asal Perancis. Eugene Francois Vidocq, merupakan tokoh nyata yang menginspirasi sang penulis, yang sejarahnya dia merupakan pencuri yang ulung yang menjadi polisi dan akhirnya menjadi pimpinan polisi di prancis. Tokoh ini pun yang menginspirasi tokoh C. Auguste Dupin karangan Edgar Allan Poe.
Lecoq muncul pertama kali di novel L’Affaire Lerouge/The Lerounge Case yang dirilis tahun 1866. Namun di novel tersebut, Lecoq hanya berperan kecil atau bisa dibilang sebagai cameo, bukan sebagai tokoh utamanya. Karena tokoh utama di novel tersebut adalah Monsieur Tabaret, seorang “amateur detective” sekaligus armchair detective (detektif yang tidak keluar rumah). Selang tiga tahun kemudian, tepatnya di tahun 1869, sang penulis Émile Gaboriau akhirnya menulis kisahnya sendiri dalam novelnya yang berjudul “Monsieur Lecoq.”
Dalam novelnya, Lecoq diceritakan sebagai seorang detektif muda yang bekerja di bawah kesatuan Sûreté, sebuah lembaga keamanan Perancis sebelum berganti menjadi French National Police. Nama Lecoq sendiri dalam bahasa Inggris berarti “The Rooster”. Ia digambarkan sebagai seorang detektif muda yang tampan yang memiliki kumis tipis. Lecoq memiliki pemikiran dan intuisi yang ilmiah dalam melihat sudut pandang sebuah kasus. Hal ini sering menjadi sindiran atasannya Grevol dan rekan-rekan yang menganggap imajinasinya terlalu liar.
Di dalam kisah “Monsieur Lecoq”, sang detektif diceritakan sedang terlibat dalam memecahkan kasus pembunuhan berantai yang dimulai dari kedai madam Cupin. Dia ditemani oleh Absinthe yang digambarkan sebagai seorang polisi tua yang ceroboh. Lecoq mendapat dukungan oleh hakim setempat yang memiliki pemikiran sepaham dengannya yang bernama Monsieur Segmuller.
Menurut saya dalam novel ini Lecoq merupakan sosok yang tidak terlalu pandai dan cerdas seperti Dupin atau Sherlock. Namun lebih manusiawi dan memiliki perasaan yang lemah lembut. Seringkali dia menemui jalan buntu dan bahkan ditipu oleh pelaku kejahatan yang sebenarnya. Namun ini mungkin buku bergenre detektif pertama di dunia yang menyuguhkan detailing materi dan atmosfir investigasi yang jelas dan mudah diikuti. Bagi pembaca awam dalam genre detektif pun akan sangat mudah mengikuti hubungan logika dan fakta yang disajikan.
Hal menarik lainnya adalah adanya metode berpikir yang baru (selain deduksi) pada novel ini, yaitu induktif yang dipakai oleh Monsieur Tabaret. Sosok ini merupakan orang yang sangat pandai yang selalu dimintai nasehatnya oleh Lecoq. Metode induktif ini adalah metode kebalikan dari deduksi, dengan cara menjabarkan terlebih dahulu fakta-fakta yang ada dan telah terjadi menjadi sebuah detail dan rumusan yang mengerucut kepada siapa pelaku pembunuhan tersebut. Dengan nasehat Monsieur Tabaret akhirnya Lecoq mengetahui siapa pelaku sebenarnya. Dengan keahliannya yang lihai yang sering kali digunakannya untuk mendapatkan bukti, dengan ini pula Lecoq berhasil menangkap sang pelaku. Lecoq melakukan penyamaran yang sangat sempurna untuk menangkap pelaku pembunuhan berantai tersebut.
Sayangnya dalam novel ini memiliki akhir yang sangat tidak utuh dikarenakan tidak adanya penjelasan tentang motif dari sang pelaku. Dapat disimpulkan oleh saya pribadi, bahwa apabila seorang Sherlock Holmes memiliki guru, Dupin adalah guru dalam hal metode dan cara berfikir maka Lecoq adalah guru dalam kepekaan investigasi juga dalam penyamaran. Sayangnya lagi baru satu novel yang diterjemahkan oleh Visimedia dari lima novel Monsieur Lecoq karangan Émile Gaboriau lainnya.
“Semakin cepat sebuah tindak kriminal ditelusuri, semakin mudah untuk menemukan pelakunya dan membuktikan kejahatannya. Semakin lama sebuah investigasi berjalan, semakin sulit untuk mendapatkan bukti yang konklusif.” – Monsieur Lecoq (Émile Gaboriau)
*Agung Septian
membaca monseur lecoq agak mengecewakan saya. sbagai penggemar novel detektif. saya kira akan menemukan kasus menarik dan plot yang kuat. tapi, endingnya mengecewakan. mungkin karena saya terlalu termakan tulisan ‘yang menjadi inspirasi sherlock holmes’ wkwk…
LikeLike
Ya… memang Lecoq yg ini lebih kayak Police Procedural dibanding novel detektif
LikeLike
rada kecewa sama endingnya suer, padahal udah antusias nebak iniitu eh ternyata kek gitu
LikeLike
yup. Betul banget.
LikeLike