Resensi “Sherlock: The Abominable Bride”

Sherlock Special1Warning: Tulisan ini mengandung Spoiler. Dilarang keras membaca review ini bila anda belum menonton Sherlock: The Abominable Bride.

Setelah BBC One menayangkan episode spesial ini pada awal tahun 2016 lalu, eforia dari para fans detektif fenomenal ini bermunculan di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. “Sherlock: The Abominable Bride” bercerita tentang sepak terjang Benedict Cumberbatch dan Martin Freeman kembali menjalani peran mereka sebagai Sherlock Holmes dan Dr. John Watson dalam sebuah episode special-nya bersetting kota London di era Victoria tahun 1895. Dalam kisahnya, Sherlock Holmes dan Dr. Watson dihadapkan dengan kasus misterius yang melibatkan Emilia Riccoletti, seorang wanita yang membuat publik geger dengan kehadirannya di tengah massa, menggunakan baju pengantin dan dandananya yang menyeramkan, menembakkan revolver ke segala arah dan akhirnya membunuh dirinya sendiri dengan cara memasukkan revolver ke dalam mulutnya. Namun keanehan bukan sampai situ saja. Berselang beberapa waktu, polisi Scotland Yard dikejutkan dengan kehadiran hantu Emilia Ricoletti yang menembak suaminya. Sherlock Holmes dan Dr. Watson pun menyelidiki peristiwa dan ahirnya menemukan jawaban dari sebuah rangkaian peristiwa yang mengejutkan.

Review

Seperti yang telah dilihat, apa yang kita lihat dari “Sherlock: The Abominable Bride” ini, para kreator filmnya mencoba membawa kembali Sherlock Holmes ke era “asalnya” seperti dalam cerita novelnya, yaitu era Victorian abad 19. Namun perlu digarisbawahi, Moffat dan Gattis tidak mencoba membuat Sherlock Holmes dalam versi original novel atau mengadaptasi salah satu kisah pendeknya. Moffat dan Gattis tetap dengan Sherlock versi mereka sendiri, mencampurkannya dengan versi original, dan membawa tokohnya ke dalam settingan era victoria.

Sebelum filmnya keluar, banyak yang beranggapan bahwa Sherlock Special ini akan bertema layaknya versi novel ataupun cerpen asli gubahan Sir Arthur Conan Doyle dan tak ada hubungan dengan versi modern. Hal itu dikarenakan pernyataan Moffat dan Gattis di berbagai media yang berkata bahwa episode ini “stand alone” dan tidak berkaitan dengan serial versi modern-nya. Tapi setelah ditonton, ternyata episode spesial ini masih berkaitan dengan versi modernnya, terlihat dari beberapa hint yang mereka tunukkan dari beberapa adegan dan dialog yang akhirnya terbuka di bagian plot twist-nya.

Namun ada beberapa hal dari “canon” yang mereka munculkan di serial ini, bahkan beberapa quotes dari film-film Sherlock Holmes terdahulu. Berikut ini beberapa ‘hal’ dari canon yang mereka selipkan dalam cerita ini:

1. Nama Emilia Ricoletti dan kata “Abominable” muncul dalam salah satu kisah pendek “The Musgrave Ritual”. Di cerita itu Sherlock membuka peti tua dan menemukan beberapa kasus-kasus terdahulunya, dan ia berkata “.. The case of Ricoletti of the club-foot and his abominable wife…”

2. The Blue Carbuncle tentunya berasal dari cerpen berjudul sama.

3. Lima butir biji jeruk tentunya dari kisah “Five Orange Pips”. Orang-orang dengan tudung ala Klux Klux Clan juga dari kisah yang sama.

4. Mycroft Holmes gendut, tentunya sesuai dengan seperti di novelnya bukan?.

5. Kalimat “Mr. Melas to see you.” yang diucapkan pelayan kepada Mycroft. Tentunya itu Mr. Melas, klien dari cerita The Greek Intepreter.

5. Adegan di Sherlock dan Watson di kompartemen kereta seperti ilustrasi Sidney Paget untuk canon Silver Blaze.

6. Adegan perkelahian Moriarty dan Sherlock di air terjun seperti kejadian di The Final Problem.

7. “Which is it today? Morphine or cocaine?” – The Sign of Four. Dan jawaban Benedict “Cocaine, 7 percent solution….” pernah juga digunakan Jeremy Brett dalam Sherlock Holmes versi Granada dalam episode “Scandal in Bohemia”

8. “There is nothing new under the sun.” quote dari A Study in Scarlet

9. “The fair sex is your department, Watson” juga dari canon “The Second Stain”

10. “The world is big enough for us; no ghosts need apply” – The Sussex Vampire

Masih banyak cuplikan lain, yang diambil dari beberapa adegan dari canon maupun dari film Sherlock Holmes terdahulu.

Nampaknya banyak yang kebingungan saat menonton alur kisah ini. Sehingga muncul beberapa pertanyaan yang kebetulan sering saya dengar. Beberapa di antaranya seperti ini:

1. Saya tidak mengerti tentang halusinasi Sherlock.

Saya coba jawab, adegan Sherlock di era victoria itu adalah halusinasi Sherlock saat di pesawat. Ketika ia mendengar ia dibutuhkan Inggris (sesuai dengan perkataan Mycroft di telepon) karena muncul sosok Moriarty dimana-mana, ia mulai berpikir apakan Moriarty masih hidup? Untuk mengetahuinya, ia menggunakan narkotika dan berhalusinasi ke mind palacenya untuk menemukan jawabannya. Sherlock akhirnya dibawa mind palace ke abad-19 untuk menemukan jawabannya melalui kasus Emilia Ricoletti, yang sama halnya dengan Moriarty menembakkan pistol ke dalam mulutnya.

Ingatkan dialog Sherlock dan Watson

Sherlock: “Sometimes to solve a case, one must first solve another.” (untuk memecahkan sebuah kasus, harus pecahkan kasus lainnya. Dalam artian, untuk memecahkan bagaimana Moriarty bisa selamat dari tembakan di kepalanya, ia harus memecahkan kasus Emilia Ricolleti yang melakukan hal yang sama)

Watson: “Oh, you have a case, then, a new one?

Sherlock: “An old one, very old. I shall have to go deep.”
(Sherlock bilang kasus lama. Padahal percakapannya ini bersetting era Victoria. Kenapa Sherlock bilang kasus lama dan tua? Padahal Kasus Ricoletti baru terjadi beberapa hari yang lalu menurut settingan Victoria. Ini menandakan bahwa Sherlock berhalusinasi saat di pesawat era modern, namun perkataannya terucap di dalam halusinasinya di era Victoria.

Watson: “Deep? Into what?”

Sherlock: “Myself.”
(Ya, Sherlock harus menyelami Mind Palacenya, untuk menemukan jawabannya. Jawaban dari kembalinya Moriarty)

Dan setelah menemukan jawaban kasus Ricoletti (Emilia Ricoletti sudah mati, yang menjalankan aksi selanjutnya adalah teman-teman wanitanya), di akhir adegan berlatar belakang modern Sherlock akhirnya berkata… “of course he’s dead, he blew his own brains out, no-one survives that. I just went to the troubleof an overdose to prove it. Moriarty is dead, no question. But more importantly, I know exactly what he’s going to do next.”

2. Apa maksudnya Klux Klux Clan dengan jubah ungu?

Referensi Klux Klux Clan mungkin diambil dari kisaah “Five Orange Pips”. Namun kali ini mereka berwarna ungu dengan anggotanya adalah wanita. Ini ada hubungannya dengan perkataan Mary Morstan yang berkata pada Lestrade bahwa ia tergabung dalam “Campaign: Vote For Woman.” Dalam sejarahnya, di era Victoria atau abad-19, isu gender berhembus sangat keras. Banyak wanita yang tidak memiliki hak pilih dalam pemilu. Beberapa diantaranya berdiri dan membuat pergerakkan bernama “Suffragates” yang terdiri dari para wanita. Beberapa diantaranya berdemonstrasi dan terkadang menggunakan cara yang radikal (namun tidak sampai membunuh). Referensi sejarah inilah yang digunakan Moffats dan Gattis untuk membuat “The Bride”, para wanitah dalam ubah ungu yang akhirnya berkerasama membunuh beberapa pria yang dianggap ‘kasar” dan merendahkan wanita. Dimulai dengan trik Emilia Ricoletti. Sesuai dengan perkataan Mycroft Holmes (yang sudah tahu fakta sebenarnya)…. “We don’t defeat them. We most certainly lose to them…Because they are right and we are wrong.”

Namun banyak yang menganggap Moffat dan Gattis terlalu kejam memasukkan para pejuang isu gender dan hak wanita dalam sejarah ini dan membuatnya terlihat sebagai ‘para pembunuh pria’. Suffragates memang ada yang radikal, namun tidak sampai membunuh orang. Itulah yang membuat banyak pihak yang mengkritik ide ini.

3. Bagaimana trik pengantin hantu dengan kaca?

Itu namanya “Pepper’s Ghost” yang sering digunakan di dalam theater. Saat acara kompetisi sulap di salah satu televisi swasta lokal juga ada yang pernah menggunakan trik ini.

4. Mengapa Moriarty muncul di serial ini?

Seperti yang sudah dijelaskan point nomor satu, kehadiran Moriarty dalam kisah ini adalah bagian dari halusinasi Sherlock Holmes. Moriarty muncul menghantui pikiran Holmes.

Secara keseluruhan, episode spesial ini menghibur dan asyik untuk ditonton. Dan kalau boleh jujur, saya lebih menyukai versi tiga season regulernya dibanding episode spesial ini. Episode spesial bagus, namun tidak sebagus versi tiga season sebelumnya. Saya menikmati semua versi Sherlock Holmes adaptasi, baik versi Robert Downey Jr, Benedict Cumberbatch, bahkan Lee Miller dari Elementary dan Sir Ian Mckellen dari Mr. Holmes. (Walaupun Sherlock Holmes adaptasi favorit saya masih Jeremy Brett dan Basil Ratbhone.)

Menariknya dari Sherlock BBC adalah mereka memiliki point yang kuat dan ciri khas dalam mengangkat semua karakter yang ada. Dalam Sherlock Holmes versi canon, yang biasa dikenal adalah Sherlock Holmes dan Watson, namun dari serial BBC semua karakter diangkat dan mendapat porsi yang lebih. Sherlock Holmes versi Robert Downey Jr bertitik berat pada adegan action, Elementary bertitik berat pada cara perjuangan Holmes keluar dari adiksi kokain dan kasus-kasus misteri yang cerdas, dan kisah Mr. Holmes bertitik berat pada adaptasi novel Sherlock Holmes paling emosional dan sisi humanisnya. Nah, Sherlock versi BBC sukses mengangkat semua karakter ciptaan Sir Arthur Conan Doyle dan memberikan porsi yang lebih kepada mereka (salah satu contohnya Mrs. Hudson).

Saya akan memberi 4 dari 5 bintang untuk Sherlock: The Abominable Bride.

M. Fadli

11 thoughts on “Resensi “Sherlock: The Abominable Bride”

  1. twist plotnya keren..
    awalnya aku berfikir ini versi lain dari sherlock (cumberbatch & freeman) tapi ternyata this is a mind palace of sherlock.
    dan disini aura novel Sir Conan Doyle bener2 terasa.
    ijin share ya sob ^_^

    Like

  2. Perasaan saya, di Season 1-3, Sherlock masih sebagai Sherlock yang kita kenal. Namun di Spesial Edition ini saya merasa Sherlock tidak lagi sebagai “Sherlock”. Btw, visit my blog, saya juga sedang eksperimen bikin cerita detektif. 🙂

    Liked by 1 person

  3. Entah sutradara sengaja membuang bayang-bayang penonton dari tokoh Sherlock rekaan Doyle. Entahlah. Yang jelas, halusinasi atau imajinasi yang berlebihan sangat dihindari oleh Sherlock ala Doyle. Good night!!!

    Like

Leave a comment